Kamis, 31 Desember 2009

Nyanyian akhir tahun

Nyanyian akhir tahun

Blank “ Memikirkan yang tidak perlu dipikirkan “
BY : aristobe.blogspot.com

Saya duduk termenung diruangan kantor, Hingar bingar musik dangdut yang saya dengar beberapa saat sebelumnya , masih mengganggu pendengaran saya . Sengaja dipilih musik tersebut untuk hiburan akhir tahun karena murah meriah.Gaya dangdut yang lebih menonjolkan’ nyanyian’ pinggul, dari pada ‘Goyang’ pita suara, cukup menghibur karyawan . Menunjukan bahwa gaya dangdut kontemporer versi Inul dan kawan kawan telah meruntuhkan gaya sebelumnya yang sudah mapan, yang coba dipertahankan oleh Rhoma Irama. Publik lebih suka gaya yang menghibur , karena memang mereka sedang mencari hiburan, bukan nyanyian.
Mungkin suatu saat gaya tersebut dianggap kurang menghibur dan membosankan. Bagaimanapun nyanyian lebih banyak memberikan ruang untuk berimprovisasi daripada bidang yang lainnya. Nyanyian lebih banyak warna, varian, sehingga mendorong manusia untuk berimajinasi tentang banyak hal. Sedangkan goyang pinggul hanya mendorong imajinasi tentang satu hal. Saat berimajinasi orang sering mengeluarkan nyanyian tanpa disadarinya. Sementara goyang pinggul dilakukan tanpa sadar hanya oleh pasangan suami istri , itupun saat bertransaksi.
Dengung ditelinga saya mulai hilang. Musik ‘pengiring’ kereta kiln memecah bunyi monoton dari putaran ball mill.Baru saya sadari bahwa music tersebut mirip music terminal atau stasiun kereta. Musik yang deprogram bukan untuk mengiringi sebuah nyanyian , tetapi untuk menarik perhatian , menyadari dari lamunan , minimal merubah isi lamunan. Musik yang hanya berisi serangkaian intonasi nada, tanpa ada variasi lain.
Ternyata intonasi nada lebih mempengaruhi fikiran dari pada warna music, lirik, bahkan judul. Lagu yang berjudul ‘ hati yang luka ‘ bias menghasilkan imajinasi ‘ hati yang riang’ jika intonasinya riang. Dalam percakapan pun intonasi lebih bermakna dari pada isi ucapan. Kata – kata memuji bisa bermakna menghina jika diucapkan dengan intonasi lain. Mungkin itu sebabnya terminal bus dan stasiun kereta menggunakn ‘ intonasi nada ‘ bukan rekaman suara peringatan, untuk menarik perhatian orang. Namun bagi saya saat ini , musik tersebut mempunyai makna lebih dari itu. Menggugah kesadaran akan tugas, pekerjaan, target – target, dan masa depan. Musik yang special , lagu tanpa lirik , bisikan suara hati, nyanyian akhir tahun.
Saya memndang kelangit, mencob mencari tempat dariman saya berasal. Sulit untuk diketahui, namun sangat yakin bahwa saya berasal dari ‘ atas ‘ . Suatu kata yang tidak menunjukan suatu tempat, juga bukan arah. Karena pada siang hari dan malam hari orang menunjukan arah ‘ atas’ berarti posisi relative terhadap gravitasi bumi , terhadap sebuah kekuatan , varian dari kata tersebut yaitu ‘ atasan ‘ , dipakai dengan tepat oleh orang melayu. Menggmbarkan posisi relative kekuatan wewenang dan garis komando, walaupun yang bersangkutan mungkin berada pada lantai yang paling bawah . Demikian juga maksud ucapan ‘ Yang Di Atas ‘ bukan bermakna tempatnya atau posisinya dalam ruang . tetapi bermakna kekuatan-Nya atas segala-galanya.
Kekuatan lebih berpengruh dari pada sang waktu. Terbukti gaya gravitasi mampu membelokan cahaya, sehingga pada skala gravitasi yang lebih besar , cahaya dapat membentuk lingkaran, membuat manusia mampu melihat pungungnya sendiri tanpa cermin. Gaya gravitasi yang sangat amat besar menyebabkan sang waktu melengkung sempurna tanpa diameter kelengkungan. Menjadi sebuah titik , dimana sang waktu telah berhenti , tidak ada ruang , tidak ada kejadian apapun, terjebak pada lubang hitam , lubang keabadian. Setidaknya itulah yang diramalkan oleh Teori Enstein, yang sampai saat ini masih dianggap benar karena belum terbukti salah. Hal yang mirip diramalkan oleh kitab suci, akan adanya keabadian setelah kehancuran jagat raya. Dimana setelah itu suatu kejadian tidak lagi pengaruhi oleh teori hokum alam yang berlaku saat ini , termasuk Teori Enstein .
Namun manusia modern menghargai waktu secara berlebihan . Menghabiskan jutaan dolar, menyulut kembang api, membuat arak – arakan kendaraan, dan bersama – sama melakukan ritual hitungan mundur. Manusia primitive lebih canggih, memilih melakukan ritual pengorbanan terhadap suatu kekuatan . Merasa menyembah Sang Maha Kuat, yang mampu menghentikan waktu dan menciptakan keabadian. Namun pada kenyataannya, manusia modern masih memandang kekuatan sebagai ancaman, termasuk kekuatan alam yang dirasakan tidak ramah. Sementara sang waktu dianggap tidak mengganggu apa lagi membunuh. Dianggap bergerak lurus dan konstan, melakukan suatu gerakan yang anggun, suatu innocent moving.
Gempa di Nabire dangelombang tsunami di Aceh dan sekitarnya , dianggap akibat kekejaman kekuatan alam. Apalagi sebagian pejabat, selain menyalahkan kekuatan alam juga membesar – besarkan yang sudar besar tersebut. Mungkin supaya dimaklumi dan tidak dipersalahkan. Para budayawan memilih untuk menyalahkan umat manusia, menyalahkan diri sendiri. Suatu tindakan yang menjadi cirikas homosapien, dalam suatu kebimbangan, dia lebih memilih untuk bertanya kepada rumput yang bergoyang. Para ilmuwan tidak menyalahkan siapa – siapa, menurutnya alam tidak kejam juga tidak jahat, tetapi hanyalah tidak peduli dengan apa yang kita fikirkan. Sebagian orang mncari factor lain, dan menemukan suatu dimensi yang bebas, yang tegak lirus terhadap semua dimensi lain. Dimensi yang disebut ‘ keberuntungan’ atau ‘ hoky ‘ namun naluri berusaha yang sudah ada pada gen manusia, memaksa menghubungkan dimensi tersebut dengan dimensi lain tanpa memperdulikan sebab akibat.
Sebagian besar ulama berpendapat , bahwa itu semua adalah takdir Tuhan yang sudah tertulis, dan harus diyakini sebagai bentuk keadilan Tuhan. Tidak pada tempatnya untuk bertanya : Mengapa gempa terjadi di Nabire, masyarakat polos yang terpaksa telanjang karena keterbelakangan ? Mengapa tidak terjadi pada masyarakat yang maksiat , yang memilih telanjang karena kemajuan ? mengapa tsunami terjadi di asia selatan dan tenggara, yang penuh dengan kemiskinan dan kebodohan ? Mengapa korban orang asia terbanyak adalah Aceh , dan orang Eropa terbanyak adalah Swedia ? Mengapa semua terjadi saat bangsa ini belum keluar dari krisis ?.
Sebagian memandang bencana Aceh dengan cara yang bersahaja. Tidak bertanya mengapa atau salah siapa , mereka langsung mentransfer sebagian uang tabungannya , atau menyumbangkan tenaganya , atau menyumbangkan harta bendanya. Tindakan yang hamper sama dilakukan orang yang cerdik dan penuh perhitungan. Menyumbangkan uang dalam jumlah besar dan mengiklankannya denga biaya yang hamper sama dengan jumlah sumbangannya . Suatu tindakan yang dianggap wajar didunia saat ini, dunia kapitalisme. Dunia yang menuntut sikap disiplin dalam kebebasan dan berfikir sistimatis dalam ketidak teraturan. Dunia yang memberikan harapan , yang pernah diharapkan oleh rakyat Cina dan Uni Sovyet, yang sampai saat ini masih didambakan oleh jutaan rakyat lainnya. Dunia yang dipromosikan oleh Negara – Negara yang lebih dulu menganutnya , sehingga mirip bisnis MLM. Merekrut anggota sebanyak – banyaknya untuk menambah penghasilan dirinya . Dunia dimana Negara kaya mendermakan sebagian cadangan devisanya kepada Negara miskin supaya Negara miskin tersebut lebih kuat dan memperbesar transaksi dengannya, dengan menggunakan mata uangnya, menyehatkan infestasinya yang sudah terlanjur masuk, sehingga sisa devisa yang tidak didermakan menjadi jauh lebih bernilai. Dunia dimana segala sesuatunya harus tunduk pada market, terseret pada arus pasar global yang sulit diprediksi. Begitu sulitnya sehingga teori kimia ekonomi , yang di ciptakan ekonom paling controversial sepanjang sejarah hanya mampu member kesimpulan bahwa pasar global mempunyai pola prilaku yang berubah – ubah dari waktu – kewktu atau lebih tepatnya hamper tidak berpola.
Beberapajam dari sekarang bangsa ini akan memasuki aturan baru.Dimana pagar Negara yang sudah ompong akan dilucuti. Barang dan jasa akan mengalir dari hamper seluruh belahan dunia dengan bebas, deras dan liar. Memacu denyut jantung para pengusaha , memeras otak para direktur dan menejer, menguras tenaga para buruh. Tenggelam dalam lautan persaingan, Suatu pertandingan tanpa jadwal, tanpa babak, dan tanpa istirahat. Tidak aka nada yang memperoleh piala tetap, Hanya mungkin mendapatkan piala bergilir, atau juara harapan, atau menjadi pecundang yang tersingkir. Yang jika orang – orang meninggalkan sifat dasarnya sebagai homosapien, maka akan terjadi gelombang saling mengalahkan. Pengusaha akan mengalahkan guru dan pemerintah, pemerintah akan menyalahkan pengusaha dan pemerintah. Menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam perdebatan panjang, untuk membuat kesepakatan – kesepakatan atau aturan – aturan baru. Sehingga akan membuktikan suatu teori yang mengatakan bahwa deregulasi pada suatu sisi akan memicu regulasi pada sisi lain
Namun saya harus membuang semua kehawatiran dan ketakutan , karena semuanya harus berjalan . Segala sesuatu yang ada dialam, termasuk segala macam teori, segala macam bencana, semua dimensi, termasuk diri saya yang amat kecil bahkan jagat raya yang maha luas , secara bersama – sama sedang berjalan melewati lorong yang sangat sempit. Sempit bukan dalam artian ruang , bukan pula dalam artian waktu. Sempit dalam artian pilihan. Tidak ada yang bisa kembali untuk memilih lorong lain. Karena tidak ada lorong yang lain. Yaitu lorong jalan cerita . Bukan jalan cerita yang disusun dari serangkaian data ataupun bukti,tapi tersusun dari serangkaian fakta. Jalan cerita yang bukan manceritakan perkiraan ataupun kebenaran, tetapi menceritakan kenyataan.Walaupun para ahli Astronomi , ahli Sejarah, ahli Arkeologi, ahli Paleontologi, dan lain lain mengarang jalan cerita dalam ribuan versi yang berlainan, namun jalan cerita yang sesungguhnya terjadi hanyalah satu. Suatu lorong dimana semuanya tidak bisa berjalan dikiri atau dikanan, diatas atau dibawah. Lorong yang sangat tunggal,yang disediakan oleh dzat yang maha tunggal.
Butir air hujan menerpaubun – ubun , menyadarkan saya dari lamunan sambil tertunduk saya berjalan kearah motor yang berada di parkiran. Mencoba mengingat inti dari lamunan yang barusasaja terlintas secara spontan, dan ternyata sulit karena memikirkanya tidak punya inti, kacau balau, tidak punya kerangka, tidak punya tujuan , dan sulit untuk disimpulkan. Namun memang saat ini saya sedang melamun. Saat tidak ingin memikirkan sesuatu. Saat sedang memikirkan segala sesuatu.
Saya naik keatas motor dan ingin cepat pulang kerumah. Dengan tegar, tanpa kekhawatiran , tanpa ketakutan, Sang bintang harus meneruskan perjalanan . Menelusuri lorong tunggal, lorong jalan cerita yang sudah digariskan yang Kuasa….

Cileungsi 31 Desember 2008